Dasar dari TARI
DASAR -DASAR TARI
Hai sobat kali ini gue mau bagi penagalaman ne .
. meski gue seorang penari tapi hanya
dilingkungan sekolah. Maklum masih jadi pelajar belum berani ikut kegiatan lain
takut ganggu kegiatan sekolah.. mau ngasih info tentang dasar - dasar dari sebuah "tari" kebanyakan para remaja sekarang lebih memilih dance modern daripada kebudayaannya sendiri, padahal tari tradisional itu menurut pengalamanku lebih banyak mengandung unsur kesenian yang tinggi daripada dance modern. . .
Seni tari adalah bentuk-bentuk
penyampaian jiwa manusia melalui gerak-gerak ritme yang indah. Dengan batasan
ini maka terdapat tiga hal yang menonjol dan penting, yaitu gerak, ritmis dan keindahan disamping
ekspresi manusia.
A. Unsur Dasar Tari
Kebudayaan adalah suatu hasil
budi daya manusia. Ia merupakan kekayaan spriritual berupa pemikiran falsafah,
kesusastraan dan kesenian. Semuanya tumbuh dan berkembang secara akumulatif.
Seperti di masa lampau secara sadar dan sengaja kebudayaan ditangkarkan dari seseorang
kepada orang lain dalam segala lapisan masyarakat. Sesuai dengan
alam hidupnya, kebudayaan manusia itu pada dasarnya hidup dalam dua dunia.
Keduanya saling mengisi antara dunia mikro atau manusia sendiri dengan dunia
makro tempat manusia hidup beserta alam sekelilingnya.
Seni tari merupakan salah satu
bagian dari cabang kesenian. Untuk mengetahui khasanah seni tari memerlukan
pengertian terlebih dahulu secara mendasar akan unsur-unsur dasarnya.
Seni tari yang oleh sarjana
tari dikatakan telah lahir semenjak adanya manusia di dunia, dapat dikatakan
hidup dalam dua dimensi, yaitu ruang dan
waktu. Sedangkan
cabang kesenian lain seperti seni musik atau seni karawitan hanya hidup dalam
dimensi waktu. Bagi seni rupa dimensi ruanglah yang diperlukan.
Seni tari merupakan ungkapan
perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerak-gerak tubuh manusia. Sehingga
dari sini tampak dengan jelas bahwa hakekat tari adalah gerak.
Disamping unsur dasar gerak seni tari juga mengandung unsur dasar lain seperti
irama (ritme), iringan, tata busana dan tata rias, tempat serta tema.
A.1. Gerak
Gerak dapat diungkapkan dengan
bermacam-macam. Diantara berbagai macam gerak itu, salah satu diantaranya ada
yang mengandung unsur keindahan (sedap dipandang mata).
Angin bertiup dari tengah samudra
mendesak air laut bergerak menuju ke pantai berupa gelombang samudra,
menimbulkan suatu gerakan yang indah dipandang mata. Daun nyiur di pantai
meliuk-liuk atas tiupan angin indah dalam pandangan mata.
Demikian pula di musim kemarau
kunang-kunang mengibas-ngibaskan sayapnya menimbulkan cahaya gemerlapan di
tengah sawah pada malam hari seperti cahaya mutiara indah yang sedang
memantulkan sinar. Ikan mas berenang renang ke sana ke mari di dalam akuarium,
selain menimbulkan pemandangan yang indah juga menimbulkan suasana ketenangan.
Tetapi mengingat bahwa seni
tari merupakan salah satu cabang kesenian yang juga merupakan salah satu hasil
budi manusia, maka unsur dasar tari utama yang berwujud gerak itu, tidak semua
gerak dapat dikatakan gerak tari. Gerak yang berfungsi sebagai materi gerak
pokok tari hanyalah gerakan-gerakan dari bagian tubuh manusia yang telah diolah
dari gerak keadaan wantah menjadi suatu bentuk gerak tertentu.
Dalam istilah kesenian, gerak yang telah mengalami stilisasi atau distorsi.
Dari hasil pengolahan suatu
gerakan atau gerak yang telah mengalami stilisasi atau distorsi inilah
nanti lahir dua jenis gerak tari. Yang pertama gerak tari yang bersifat gerak
murni dan yang kedua bersifat gerak maknawi.
Gerak murni
adalah gerak tari dari hasil pengolahan gerak wantah
yang dalam pengungkapannya tidak mempertimbangkan suatu pengertian dari gerak
tari tersebut. Disini yang dipertimbangkan adalah faktor nilai keindahan gerak
tarinya saja. Misalnya gerak-gerak memutar tangan pada pergelangan tangan,
beberapa gerak leher seperti pacak-jangga di Jawa, dan
sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan
gerak maknawi adalah gerak wantah yang telah
diolah menjadi suatu gerak tari yang dalam pengungkapannya mengandung suatu
pengertian atau maksud disamping keindahannya. Misalnya dalam tari nelayan,
kita dapat melihat gerak tari yang menggambarkan nelayan yang sedang mendayung.
Gerak mendayung dalam tari nelayan ini disamping sedap dilihat karena
keindahannya, juga tampak mengandung suatu arti atau maksud yaitu gambaran
seorang nelayan yang sedang mengayunkan dayungnya agar perahunya dapat laju
jalannya.
Di daerah pedalaman yang jauh
dari pantai, seperti di hutan di dareah Kalimantan atau di Irian Jaya kita
banyak mendapatkan ragam tari yang menggambarkan bagaimana dan dengan apa para
pemburu akan manangkap binatang. Disini banyak digambarkan atau dilukiskan cara
menangkap binatang dengan mengelu-elukan sebatang tombak, atau menarik anak
panah. Dalam suatu bentuk gerak tari jelas bukan merupakan gerak wantah, tetapi
berupa gerak yang telah distilisasi yang hasilnya disamping mengandung unsur
keindahan juga menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu. Disini yang
digambarkan adalah seorang yang sedang berburu binatang dengan senjata tombak
atau panah.
Di dataran rendah kita dapati
beberapa bentuk tari pertanian, yang menggambarkan bagaimana cara bercocok
tanam atau tarian pengrajin yang di dalamnya dapat berbentuk penggambaran cara
masyarakat sedang menenun kain, membatik atau membuat perkakas dari tanah liat,
dan sebagainya.
Dalam garapan suatu bentuk
tarian, gerak-gerak maknawi ada yang masih tampak jelas artinya dalam cara
pengungkapan geraknya tetapi juga banyak pula yang dalam pengungkapan geraknya
tinggal tampak suatu kiasan saja. Untuk mencari contoh yang terakhir banyak
terdapat dalam garapan tari tradisional atau tari klasik di pulau Jawa dan
Bali. Seperti dalam tari klasik tradisional di Jawa, kita dapati gerak ragam
tari yang disebut tari usap rawis yang menggambarkan bagaimana
mengusap kumis. Ragam tari ngilo yang mengandung pengertian
seseorang yang sedang bercermin setelah berbusana.
Begitu pula beberapa ragam
tari gerakan perang. Gerak tari nitig paha dannuding pada
tari Bali mengadung pengertian terperanjat dan marah. Gerak menghadapkan
telapak tangan pada penari lain mengandung pengertian menolak. Gerak
menengadahkan telapak tangan dan muka ke langit berarti sembah atau sujud
memuja Tuhan. Sedangkan menggeleng-gelengkan kepala berati kecewa, demikian
pula gerak mengangguk-anggukkan kepala berarti setuju. Dengan demikian maka
berdasarkan jenis pengungkapan geraknya, secara garis besar ada dua sifat gerak
tari.
Ditinjau dari
cara pengungkapannya ada dua bentuk tari, yaitu yabng representatif dan yang
non representatif. Tarian yang bersifat representatif
yaitu gerak tarinya menggambarkan suatu pengertian atau maksud tertentu dengan
gerakan tarian jelas. Tarian yang bersifat nonrepresentatif
yang gerakan tarinya tidak menggambarkan suatu pengertian tertentu. Namun
demikian dalam keseluruhan penggarapan sebuah tari pasti tidak meninggalkan
salah satu sifat tersebut di atas. Keduanya saling bertautan dan isi mengisi.
Hanya mana yang lebih ditekankan. Pada garapan-garapan tari non representatif
banyak digunakan gerak murni atau pure movement. Sedang
garapan yang bersifat representatif pasti saja banyak disusun dari gerak-gerak
maknawi atau gesture. Bagi bangsa primitif ada suatu keyakinan
bahwa semakin tepat dan cermat seorang penari melaksanakan gerakan tarinya,
maka semakin tinggi atau semakin ampuh karunianya baik yang bersifat moral atau
material.
Pada pengobatan misalnya, bila
si pawang atau dukun selama menari untuk memberi pengobatan pada si sakit dapat
menunjukkan gerakan-gerakan yang tepat dan cermat serta penuh konsentrasi, maka
ini berarti akan cepat penyembuhannya bagi si sakit. Demikian pula seorang juru
bicara yang mengungkapkan suatu pengertian lewat gerak dapat tepat dan gempang
diterima, maka ia akan semakin cepat diserap oleh pendengarnya. Dengan demikian
jelaslah bahwa unsur dasar tari yang utama adalah gerak manusia.
A.2. Ritme
Di dalam kehidupan dunia
sebagai makroskosmos, ritme ini selalu ada dan bersifat tetap. Contoh yang
paling dekat bahwa matahari selalu terbit dari sebelah timur. Selanjutnya naik
dan berjalan berpindah tempat sampai tenggelam di sebelah barat pada waktu sore
hari. Ritme itu sendiri sebenarnya merupakan jarak yang tetap. Untuk memberikan
suatu kehidupan maka perjalanan sepanjang jarak ini dilaksanakan dengan adanya
daya naik dan turun. Dalam dunia karawitan atau musik daya tersebut sangat
jalas. Daya ini bisa disebut padang-ulihan atau these-antithese. Dari
inilah maka sebenarnya ritme itu merupakan pola waktu yang memberikan
kehidupan.
A.3. Iringan
Di atas telah disebutkan bahwa
tari adalah suatu gerak ritmis. Untuk memperkuat dan memperjelas gerak ritmis
dari suatu bentuk tarian dapat dilaksanakan dengan iringan. Iringan tersebut
pada umumnya berupa suara atau bunyi-bunyian. Sumber bunyi sebagai iringan tari
yang pertama adalah suara manusia sendiri.
Bangsa-bangsa primitif
menari-nari dengan teriakan-teriakan sebagai musik pengiringnya. Anak kecil
menari-nari dengan teriakan iringan nyanyian suara ibu atau inang pengasuhnya.
Selanjutnya pada tingkat berikutnya demi keserempakan gerak mereka menari-nari
dengan tepuk tangan sebagai pengiringnya. Hal ini ada kalanya disamping dengan
nyanyian ada juga dengan tepuk tangan. Tarian Seudati dari Aceh merupakan
tarian pria yang ditarikan secara massal dikuatkan dengan suatu tepukan tangan
pada perut.
Bangsa Indian di pedalaman
Amerika ataupun bangsa Pigmi di pedalaman benua Afrika menari-nari dengan
menghentakkan kaki ke tanah. Suara yang ditimbulkan karena hentakan kaki itulah
yang dipergunakan sebagai iringannya. Setelah mereka mengenal senjata atau
tongkat, maka suara hentakan kaki tadi diganti dengan suara yang ditimbulkan
dari hentakan tongkat pada tanah, ataupun suara lain yang ditimbulkan jarena
pukulan tongkat dengan tongkat lain.
Selama orang laki-laki
menari-nari, maka keluarga mereka melingkari sambil menyanyi ataupun bertepuk
tangan membantu menguatkan suara si penari. Ada kalanya para istri mereka dan
anak-anaknya memukul-mukul dahan pohon yang telah tumbang sebagai alat
bunyi-bunyian yang dia mainkan dengan cara dipukul-pukul, seperti sekarang
dapat kita lihat sebagai kentongan ataupun lesung alat penumbuk padi.
Di Jawa Tengah sampai saat ini
ada suatu pertunjukan yang disebut Ketoprak lesung, dan lesung tadi
dipergunakan sebagai alat bunyi-bunyian pengiringnya. Disamping alat musik
pukul, dalam perkembangannya juga dikenal alat musik tiu seperti seruling.
Tari-tarian yang diiringi dengan seruling sampai saat ini masih banyak terdapat
di pulau Bali. Bunyi-bunyian dapat pula berbentuk alat petik seperti kecapi
Sunda atau siter dan clempung di Jawa Tengah.
Alat bunyi lainnya ada yang
cara membunyikannya dengan ditepuk baik sebelah sisi ataupun kedua sisinya,
seperti terbang dan gendang. Khusus gendang disamping cara memainkannya dengan
ditepuk dengan tangan ada pula yang cara memainkannya dengan dipukul dengan
sebuah alat pukul seperti bedug.
Perkembangan selanjutnya, di
Indonesia terdapat bermacam-macam alat bunyi-bunyian yang semuanya sesuai dengan
tingkat perkembangan di setiap daerah. Didaerah Sulawesi sampai sekarang masih
hidup suatu tarian yang hanya diiringi instrumen gendang saja, misalnya tari
Bathara. Di daerah tersebut juga ada tarian yang diiringi dengan gendang/bedug,
seruling dan semacam alat petik seperti instrumen gitar. Di pulau Sumatra kita
lihat banyak tarian yang pada dasarnya diiringi dengan suara rebana, dengan
viol ataupun akordion seperti tari Serampang duabelas, tari payung.
Ensambel instrumen pengiring
yang lengkap pada umumnya terdapat di pulau Jawa dan pulau bali. Tariannya
telah diiringi dengan saru unit alat bunyi-bunyian yang disebut gamelan. Dalam
buhungannya dengan seni tari, pada umumnya iringan itu berfungsi sebagai
penguat ataupun pembentuk suasana, misalnya iringan untuk tari perang, untuk
mengiringi seorang pahlawan yang gugur, untuk adegan percintaan dan untuk tari
pemujaan. Perlu diketahui bahwa ada pendapat yang mengatakan bilamana seorang
tidak tahu iringan seperti orang yang kakinya pincang.
A.4. Tata Rias dan tata Busana
Pada mulanya para penari
memakai pakaian sesuai dengan apa yang pada saat itu sedang dipakai.
Perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kedudukannya seagai salah satu unsur,
maka pakaian atau busananya diatur dan ditata sesui dengan kebutuhan tari
tersebut. Yang paling utama mendapat perhatian haruslah terlebih dahulu
diketahui dan disadari bahwa yang terpenting adalah pakaian atau busana
tersebut harus enak dipakai, tidak mengganggu gerak tari, menarik dan sedap
dipandang. Bila perlu murah harganya dan mudah didapat.
Di luar jawa, kecuali daerah
Bali, pakaian si penari tampak sangat dengat dengan orang-orang yang
mengiringinya (musician). Sedangkan di pulau Jawa dan Bali pakaian antara
penari dan pengiringnya tampak jauh berbeda. Lebih-lebih untuk tarian yang
mengambil cerita wayang, umpamanya untuk tokoh Bima dan Rahwana. Bentuk dan
warnanya telah mempunyai ketentuan yang mapan.Ketentuan ini
disesuaikan dengan bentuk dan warna tokoh-tokoh tersebut dalam pewayangan.
Meskipun dalam kehidupan sehari-hari
dikenal bermacam-macam warna, namun dalam hubungannya dengan kebutuhan pentas,
hanyalah beberapa macam warna saja yang biasa dipergunakan. Warna-warna
tersebut diambil berdasarkan arti simbolis, sebab secara umum setiap bangsa
secara turun-temurun telah memberi suatu pengertian yang bersifat simbolis pada
warna-warna tertentu. Misalnya warna merah berarti berani, warna putih berarti
suci, warna hijau berarti muda atau remaja dan sebagainya.
Selain bahan pakaian
yang dibuat dari kain, juga masih dipakai beberapa perhiasan seperti kalung,
binggel, sumping dan sebagainya. Perhiasan ini ada yang dibuat dari jenis
imitasi dan ada pula yang dibuat dari kulit binatang. Pada tari tradisional
selain perhiasan juga dipakai ikat kepala., baik berbentuk peci atau ikat
kepala yang disusun atau diatur dari lembaran kain. Untuk tarian yang mengambil
cerita wayang, maka penutup kepala penarinya seperti bentuk kepala pada tokoh
wayang tersebut. Kita dapat melihat di Jawa dan di Bali apa yang disebut gelung dan tropong.
Sedangkan tata rias akan
membantu menentukan wajah beserta perwatakannya, serta untuk memperkuat
ekspresi. Disini harus diketahui perbedaan antara tata rias yang dipakai untuk
sehari-hari dengan tata rias yang dipakai untuk pertunjukan tari. Yang dimaksud
dengan tata rias sehari-hari adalah yang dipergunakan untuk kehidupan wajar,
misalnya untuk pergi ke sekolah, darma wisata ataupun untuk mengunjungi suatu
upacara. Maka cara pemakaiannya cukup serba tipis. Demikian pula untuk
memperkuat bentuk mata dan bibir perlu dibantu dengan garis-garis yang tipis
saja. Sedangkan untuk tata rias pertunjukan tari segala sesuatunya diharapkan
harus terlihat lebih jelas. Hal ini selain sebagai penguat perwatakan dan
keindahan juga yang penting diketahui bahwa tata rias ini akan dinikmati dari
jarak jauh. Misalnya dalam memperjelas wajah, maka garis mata dan alis serta
mulut perlu dibuat yang tebal.
Dalam kehidupan modern seperti
sekarang ini bahan tata rias tampaknya sudah merupakan hal yang tidak sulit
dicari. Hanya masalah harganya saja yang masih sangat tinggi. Namun dapat juga
dengan materi (bahan tata rias) yang relatif murah harganya. Tata rias tari
sebagai salah saru cabang pertunjukan, pada waktu ini masih perlu dibedakan
saja. Yaitu tata rias bagi seni tari yang dipentaskan melalui panggung, melalui
televisi maupun melalui film.
A.5. Tema
Pada mulanya, orang menari
bukan semata-mata untuk ditonton. Namun dalam perkembangan terakhir ini tari
sengaja disusun untuk dipertontonkan. Untuk mendekati tercapainya tujuan maka
perlu adanya unsur tema. Tema itu dapat diangkat dari bermacam-macam sumber.
Hal ini dapat berasal dari manusia sendiri, dapat berupa pengalaman hidupnya
seperti kegiatan sehari-hari, kisah ataupun pengalaman hidupnya sejak dalam
kandungan ibu sampai pada masa penguburan junazah. Serta dapat pula dari hasil
budidaya yang antara lain dapat berbentuk cerita-cerita baik yang bersifat
legende, mitos ataupun sejarah. Yang berbentuk cerita misalnya epos Ramayana,
epos Mahabarata. Yang berbentuk legende misalnya Nyai Roro Kidul dan yang
berbentuk sejarah misalnya Pangeran Diponegoro, Gajah Mada.
Tari dapat pula diangkat dari
tema flora dan fauna. Tema yang diangkat dari flora atau dunia tumbuh-tumbuhan
misalnya tari tani, tari minta hujan, tari kumbang sari. Yang diangkat dari
tema fauna atau dunia binatang misalnya tari kijang, tari burung, tari angsa
dan sebagainya. Ada pula tari yang diangkat dari alam semesta misalnya tari
ombak, tari api dan sebagainya. Biasanya tema tadi diambil dan disesuaikan
dengan alam sekitarnya serta taraf kehidupan masyarakat pada jamannya.
A.6. Tempat
Tari dilakukan oleh manusia.
Manusia sendiri adalah makhluk hidup yang mempunyai ukuran tiga dimensi, yaitu
tinggi, panjang dan lebar. Sedangkan dalam kehidupannya manusia selalu bergerak
berpindah-pindah. Maka untuk melaksanakan suatu kegiatan tari dibutuhkan waktu
dan ruangan atau tempat.
Sepanjang sejarah kehidupan
manusia, kegiatan-kegiatan tari selalu dilakukan di suatu tempat yang khusus.
Tempat itu pada umumnya berbentuk suatu ruangan yang datar dan terang, artinya
dapat dilihat. Mungkin tempat itu berbentuk suatu halaman atau lapangan yang
dilingkari tumbuh-tumbuhan, baik di luar ataupun di dalam hutan. Mungkin
tempat tersebut terletak di pinggiran sungai atau di tepi laut. Dalam
perkembangannya kebudayaan manusia sampai dewasa ini akhirnya terbentuklah
suatu tempat khusus yang dipergunakan untuk pagelaran seperti bentuk arena,
lingkaran ataupun pendapa. Ada pula tempat pertunjukan yang berbentuk proscenium,
yaitu tempat pertunjukan yang antara penonton dengan yang ditonton dibatasai
dengan suatu bingkai.
Mengingat bahwa kegiatan
ataupun pagelaran seni tari sebagai tontonan melibatkan dua pihak, yaitu satu
pihak yang ditonton dan pihak lain yang menonton, tentu saja tempat pihak yang
ditonton memerlukan persyaratan penerangan lampu serta tata suara (sound
system). Maka untuk mencapai keberhasilan pagelaran tari dibutuhkan pengaturan
tata lampu dan tata suara yang baik.
B. Definisi Tari
Seni tari bersifat universal,
artinya seni tari ini dilakukan dan dimiliki seluruh manusia di dunia.
Mengingat tempat kedudukan manusia satu dengan yang lain berbeda-beda, maka
pengalaman hidup mereka itu beraneka ragam pula. Akhirnya dasar titik tolak
pengetahuan merekapun berbeda-beda. Bagi manusia yang hidup di daerah tropis
tentu akan berbeda dengan mereka yang hidup di daerah kutub. Bagi yang hidup di
daerah pegunungan pasti berbeda dengan yang hidup di padang pasir. Perjuangan
mereka berbeda-beda dalam memecahkan suatu masalah. Maka dari itulah, biarpun
aspek kejiwaannya sama namun dalam penentuan pembatasan atau dalam memberikan
definisi seni tari terdapat keaneka-ragaman.
Tari itu sendiri dalam
penggunaannya dapat bermacam-macam. Pada musim hujan di malam hari katak
menari-nari sambil menyanyi kerena kegembiraan. Kunang-kunang bergemerlapan
memancarkan sinarnya diantara daun padi bagaikan menari-nari karena terpenuhi
tuntutan kesenangan hidupnya. Di siang hari di atas dahan yang tinggi
burung-burung meloncat-loncat dan terbang kesana kemari seolah menari-nari
karena telah terpenuhi tuntutan kodratinya. Bayi lahir, setelah itu menangis,
kemudian menari-nari karena telah berhasil memecahkan saat-saat kritis dalam
perjuangan menyesuaikan diri dengan kondisi alam semesta. Demikian pula dari suku
bangsa primitif sampai jke tingkat bangsa yang telah berkembang dan maju
semuanya menari untuk mencerminkan tercapainya tuntutan hidupnya.
Karena rasa kegembiraan, maka
dalam mengekspresikan dibentuklah suatu gerakan yang enak untuk dinikmati oleh
orang lain. Akhirnya karena rasa kegembiraan pula, manusia mengekspresikan
jiwanya dari kelebihan dorongan tersebut melalui gerak yang indah.
Untuk membatasai apa yang
disebut tari, maka laihrlah bermacam-macam definisi tari. Definisi tersebut
disusun oleh beberapa tokoh seni tari atau tokoh bidang seni lain yang dalam
hidupnya banyak berkecimpung dalam bidang seni tari. Para tokoh tersebut antara
lain mendefinisikan tari sebagai berikut:
1. Ingkang kawastanan beksa
inggih punika ebahing sadaya saranduning badan, kesarengan ungeling gangsa,
katata pika tuk wiramaning gending, jumbuhing pasemon kalihan pikajenging joged (arti: tari adalah gerak seluruh badan yang diiringi irama lagu musik
yang diselaraskan dengan ekspresi tarinya). Dikemukakan oleh BPH Suryodiningrat,
seorang ahli tari dari Daerah Istimewa Yogyakarta dalam bukunya “Babad
lan Mekaring Joged Jawi”.
2. Tari adalah ekspresi jiwa
manusia melalui gerak-grak ritmis yang indah. Dikemukakan oleh Drs. Sudarsono
dalam bukunya “Djawa dan Bali: Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di
Indonesia”.
3. Tari adalah ekspresi estetis
dalam gerak dengan media tubuh manusia. Dikemukakan oleh Drs. Wisnoe Wardhana
dalam bukunya “Pengajaran Tari”.
4. Tari adalah keteraturan bentuk
gerak tubuh di dalam ruang. Dikemukakan oleh Drs. Sudharso Pringgobroto dalam
kuliah-kuliah ASTI Yogyakarta sekitar tahun 1967.
5. Tari adalah gerak yang ritmis.
Dikemukakan oleh Curt Sach, seorang ahli tari Jerman dalam bukunya “World
History of the Dance”.
6. Tari adalah gerak-gerak yang
berbentuk dan ritmis dari tubuh dalam ruang. Dikemukakan oleh Corrie Hartong
dalam bukunya “Danskunst”.
7. Tari dapat dikatakan sebagai
suatu naluri, suatu desakan emosi dalam diri kita yang mendorong kita untuk
mencari ekspresi pada tari, yaitu gerakan-gerakan luar yang ritmis yang lama
kelamaan nampak mengarah kepada bentuk-bentuk tertentu. Dikemukakan oleh
Kamaladevi Chattopadhyaya, seorang ahli seni dari India.
8. Tari adalah ekspresi subyektif
yang diberi bentuk obyektif. Dikemukakan oleh La Meri dalam bukunya “Dance
Compotition”.
(Supardjan dan I Gusti Ngurah
Supartha, 1982 : 17)
Penggolongan Tari
Secara garis besar,
penggolongan tari adalah sebagai berikut :
1. Penggolongan berdasarkan atas
koreografinya, digolongkan menjadi:
· Tari Rakyat,
yaitu tari yang sudah berkembang sejak jaman primitif sampai sekarang.
· Tari Klasik,
yaitu tarian yang sudah mengalami puncak keindahannya yang tertinggi. Tarian
ini berkembang semenjak kejayaan masyarakat feodal di Indonesia.
· Tari Kreasi
Baru, yaitu tari yang diciptakan dalam bentuk baru. Istilah ini timbul sejak
tahun 1950. Tarian baru ini diciptakan dengan maksud untuk memenuhi eskpresi
dan keinginan batin penciptanya.
2. Penggolongan berdasarkan atas
fungsinya, digolongkan menjadi:
· Tari
Upacara, yaitu tarian yang bersifat magis untuk mempengaruhi alam, bersifat
ritual dan untuk upacara adat yang bersifat religius. Tarian ini sering
digunakan untuk upacara agama.
· Tari
Hiburan, yaitu tari yang dititik beratkan pada segi hiburan, dimana tidak
diutamakan pada segi keindahannya. Pada umumnya berbentuk tari pergaulan.
Tarian ini biasanya ditarikan secara berpasangan antara muda-mudi dengan
santai.
· Tari
Pertunjukan, yaitu tari dimana nilai artistiknya sangat diutamakan. Golongan
tari-tarian ini adalah merupakan kelompok seni murni, bukan seni terpakai.
Biasanya tari ini merupakan sarana ekspresi dari penciptanya yang murni tanpa
dibatasi dan disesuaikan dengan kepentingan-kepentingan lain di luar seni tari.
3. Penggolongan berdasarkan
isinya, digolongkan menjadi:
· Tari
Pantomim, yaitu tari yang isi atau temanya mencoba untuk menirukan sesuatu.
Yang ditirukan dapat berupa kejala-gejala alam, misalnya hujan, angin,
benda-benda alam, kegiatan sehari-hari, dan sebagainya.
· Tari Erotik,
yaitu tari yang mengambil tema percintaan pria dan wanita. Tarian hiburan pada
jaman feodal banyak yang mengambil tema erotik yang memang mengasyikkan.
· Tari Heroik
atau Kepahlawanan, yaitu tarian yang mengambil tema kepahlawanan. Biasanya
berupa tarian perang. Perang antara yang jahat melawan yang baik/benar. Juga
menggambarkan kecintaan seorang pahlawan terhadap tanah airnya.
· Drama Tari,
yaitu rangkaian tari yang disusun sedemikian rupa hingga melukiskan suatu kisah
atau cerita drama tari berdialog, baik prosa maupun puisi dan juga ada yang
berupa dialog (percakapan). Jika tanpa dialog, maka menggunakan tanda-tanda
gerakan ekspresi muka atau mimik sebagai alat untuk berbicara. Adapun cerita
yang sangat digemari oleh masyarakat misalnya: Ramayana, Mahabarata, Panji atau
juga Babad.
Komentar